Rabu, 18 November 2015

Menulis Puisi Lama dengan memerhatikan Bait, Irama, dan Rina



1.        Sastra Lama Indonesia
Sastra lama adalah sastra yang lahir dalam masyrakat lama, yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat kuat oleh adat-istiadat. Karya-karya yang dihasilkan selalu berisikan hal-hal yang bersifat moral, pendidikan, nasihat, adat-istiadat dan ajaran-ajaran agama.
Ciri-ciri satra lama:
a.       Sangat terikat oleh kebiasaan adat-istiadat
b.      Tidak mengemukakan keaslian pribadi pengarangnya.
c.       Bergantung dan mengikuti kenyataan alam sekitar.
d.      Tema dan isi ceritanya berkisar pada tema-tema perjuangan antara sifat baik dan sifat buruk.
e.       Berkisar pada kehidupan lingkungan istana, tentang kepahlawanan para putri jeita, pangeran yang tampan dan gagah berani, atau seorang raja yang lazim.
Bentuk-bentuk sastra lama secara garis besar dibagi dalam 2 bentuk, yakni bentuk puisi dan bentuk prosa.
2.        Puisi Lama Indonesia
Puisi lama Indonesia mempunyai beberapa bentuk antara lain pantun, talibun, sekol, gurindam, syair dan mantra.
a.         Pantun adalah sebuah puisi lama yang terdiri atas 4 baris dalam satu baitnya. Baris pertama dan kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi, bersajak a-b-a-b.
b.         Talibun sebenarnya juga pantun yaitu pantun yang jumlah baris tiap baitnya lebih dari 4 buah. Tiap-tiap baitnya selalu berjumlah genap atau kelipatan genap, yakni 4, 6, 8, 10 dan seterusnya.
c.         Seloka disebut juga pantun berbangkai, yaitu kalimat ke-2 dan ke-4 bait pertama diulang kembali pengucapannya menjadi kalimat dan ketiga kedua.
d.        Gurindam adalah puisi lama yang isi dan temanya sama dengan pantun, yaitu sam-sama mengandung nasihat-nasihat, bersifat mendidik dan berisikan tentang agama. Gurindam terdiri atas dua baris tiap-tiap baitnya.
e.         Syair mirip dengan pantun sedangkan jumlahnya baris tiap bait yakni 4 baris dalam satu bait. Pantun bersajak ab-ab, sedangkan syair bersajak aa-aa.
f.          Mantra adalah karya sastra lama yang berisikan puji-pujian terhadap sesuatu yang gaib atau yang dianggap keramat. Bisa diucapkan secara lisan oleh para pawang atau dukun pada suatu upacara keagamaan.

3.        Menulis Gurindam
Gurindam termasuk sastra lama. Gurindam ditulis dalam bentuk bait-bait. Setiap bait berisi dua baris. Baris-baris itu mempunyai persamaan bunyi yang sama (sering dirumuskan a-a). Dua baris dalam satu bait gurindam umumnya dipahami sebagai kalimat yang sempurna. Kalimat itu terdiri atas dua anak klausa (sering disebut induk dan anak kalimat).
Isi gurindam umumnya berupa nasihat. Dalam gurindam dapat kalian temui nasihat. Oleh karena itu, marilah kita gali nasehat itu melalui kajian terhadap gurindam. Kalimat dalam gurindam (baris pertama dan kedua) umumnya menunjukkan hubungan persyaratan dan konsekuensi.
Berikut ini diberikan contoh gurindam yang berisi peringatan kalimatnya mengandung hubungan kensekuensi. Bacalah dengan saksama!
Kurang pikir, kurang siasat,
Tentu dirimu kelak sesat
Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa.
Perkataan tajam jika dilepas
Ibarat beringin racun dan upas
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Siapa menggemari silang sengketa
Kelaknya pasti berduka cita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Modul 3.1 Koneksi Antar Materi

  MODUL 3.1 KONEKSI ANTAR MATERI (UMI FARIDA CGP 11B   KELAS 115 KAB PONO ROGO) Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Nilai Kebajikan Sebagai...