1.
Sastra
Lama Indonesia
Sastra lama adalah sastra yang lahir
dalam masyrakat lama, yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat
kuat oleh adat-istiadat. Karya-karya yang dihasilkan selalu berisikan hal-hal
yang bersifat moral, pendidikan, nasihat, adat-istiadat dan ajaran-ajaran
agama.
Ciri-ciri
satra lama:
a. Sangat
terikat oleh kebiasaan adat-istiadat
b. Tidak
mengemukakan keaslian pribadi pengarangnya.
c. Bergantung
dan mengikuti kenyataan alam sekitar.
d. Tema
dan isi ceritanya berkisar pada tema-tema perjuangan antara sifat baik dan
sifat buruk.
e. Berkisar
pada kehidupan lingkungan istana, tentang kepahlawanan para putri jeita,
pangeran yang tampan dan gagah berani, atau seorang raja yang lazim.
Bentuk-bentuk
sastra lama secara garis besar dibagi dalam 2 bentuk, yakni bentuk puisi dan
bentuk prosa.
2.
Puisi
Lama Indonesia
Puisi lama Indonesia mempunyai beberapa
bentuk antara lain pantun, talibun, sekol, gurindam, syair dan mantra.
a.
Pantun adalah sebuah puisi lama yang
terdiri atas 4 baris dalam satu baitnya. Baris pertama dan kedua adalah
sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi, bersajak a-b-a-b.
b.
Talibun sebenarnya juga pantun yaitu
pantun yang jumlah baris tiap baitnya lebih dari 4 buah. Tiap-tiap baitnya
selalu berjumlah genap atau kelipatan genap, yakni 4, 6, 8, 10 dan seterusnya.
c.
Seloka disebut juga pantun berbangkai,
yaitu kalimat ke-2 dan ke-4 bait pertama diulang kembali pengucapannya menjadi
kalimat dan ketiga kedua.
d.
Gurindam adalah puisi lama yang isi dan
temanya sama dengan pantun, yaitu sam-sama mengandung nasihat-nasihat, bersifat
mendidik dan berisikan tentang agama. Gurindam terdiri atas dua baris tiap-tiap
baitnya.
e.
Syair mirip dengan pantun sedangkan
jumlahnya baris tiap bait yakni 4 baris dalam satu bait. Pantun bersajak ab-ab,
sedangkan syair bersajak aa-aa.
f.
Mantra adalah karya sastra lama yang
berisikan puji-pujian terhadap sesuatu yang gaib atau yang dianggap keramat.
Bisa diucapkan secara lisan oleh para pawang atau dukun pada suatu upacara
keagamaan.
3.
Menulis
Gurindam
Gurindam termasuk sastra lama. Gurindam
ditulis dalam bentuk bait-bait. Setiap bait berisi dua baris. Baris-baris itu
mempunyai persamaan bunyi yang sama (sering dirumuskan a-a). Dua baris dalam
satu bait gurindam umumnya dipahami sebagai kalimat yang sempurna. Kalimat itu
terdiri atas dua anak klausa (sering disebut induk dan anak kalimat).
Isi gurindam umumnya berupa nasihat.
Dalam gurindam dapat kalian temui nasihat. Oleh karena itu, marilah kita gali
nasehat itu melalui kajian terhadap gurindam. Kalimat dalam gurindam (baris
pertama dan kedua) umumnya menunjukkan hubungan persyaratan dan konsekuensi.
Berikut ini diberikan contoh gurindam
yang berisi peringatan kalimatnya mengandung hubungan kensekuensi. Bacalah dengan
saksama!
Kurang pikir, kurang siasat,
Tentu dirimu kelak sesat
Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa.
Perkataan tajam jika dilepas
Ibarat beringin racun
dan upas
Kalau mulut tajam dan
kasar
Boleh ditimpa bahaya
besar
Siapa menggemari silang
sengketa
Kelaknya pasti berduka
cita